Rabu, 29 Agustus 2012

KEMAMPUAN PERAGAAN JURUS TUNGGAL MAHASISWA PGSD DIKJAS FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

KEMAMPUAN PERAGAAN JURUS TUNGGAL MAHASISWA PGSD DIKJAS FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 
(Analisis Korelasi dengan daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan)

Imam Suyudi**)
FIK Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang: Hubungan secara satu-satu dan bersama-sama antara daya ledak tungkai, kelincahan, kecepatan, dan keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PGSD Dikjas yang memprogramkan mata kuliah TP. Pencak Silat semester genap dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang mahasiswa yang dipilih langsung bagi mereka yang sudah menghafal jurusnya (Purposive Sampling). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi tunggal dan korelasi ganda.
Bertolak dari hasil analisis data, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1). Terdapat hubungan yang signifikan antara daya ledak tungkai dengan keterampilan melakukan jurus tunggal pada olahraga pencak silat, diperoleh nilai korelasi hitung (r) = 0.660 (P < 0.05). (2). Terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan dengan keterampilan melakukan jurus tunggal pada olahraga pencak silat, diperoleh nilai korelasi hitung (r) =  -0.793 (P < 0.05). (3). Terdapat hubungan yang signifikan antara kelincahan dengan keterampilan melakukan jurus tunggal pada olahraga pencak silat, diperoleh nilai korelasi hitung (r) =  -0.699 (P < 0.05). (4). Terdapat hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus tunggal pada olahraga pencak silat, diperoleh nilai korelasi hitung (r) =  0.636 (P < 0.05). (5). Terdapat hubungan yang signifikan antara daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan dan keseimbangan secara bersama-sama dengan keterampilan melakukan jurus tunggal pada olahraga pencak silat, diperoleh nilai korelasi ganda hitung (Ro) = 0.888 (P < 0.05).


Kata Kunci: Jurus tunggal; daya ledak tungkai; kecepatan; kelincahan; dan keseimbangan.


PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Pencaksilat merupakan hasil karya budaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun temurun hingga mencapai bentuknya seperti sekarang ini. Pada hakikatnya pencaksilat merupakan perpaduan antara kerohanian, akal, kehendak, dan kesadaran kodrat manusia sebagai mahkluk hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Olehnya itu pencaksilat dapat berfungsi sebagai ; seni, beladiri, pendidikan ahklak serta olahraga prestasi. Di lihat dari fungsinya pencaksilat sebagai olahraga seni dan prestasi, olahraga ini masuk dalam kategori cabang olahraga beladiri yang dipertandingkan pada event-event resmi seperti ; PORDA, PON, SEA GAMES, dan Kejuaraan Dunia.
Pencaksilat adalah salah satu cabang olahraga yang cukup popular baik dikalangan pelajar maupun masyarakat di Sulawesi Selatan, hal ini terlihat dengan banyaknya perguruan pencaksilat dari berbagai aliran yang tedaftar sebagai anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Dalam hal prestasi, para atlet pencaksilat Sulawesi Selatan terkhusus untuk kategori tanding sudah menampakkan hasil yang menggembirakan baik pada kejuaraan nasional maupun pada pesta olahraga nasional lainnya.
Pencaksilat termasuk salah satu cabang olahraga perorangan yang memperebutkan sebanyak 21 (dua puluh satu) medali emas, didalamnya terdiri dari dua kategori yakni ; kategori tanding dan kategori tunggal, ganda dan regu (TGR). Kategori tanding dulu dikenal dengan istilah pencaksilat olahraga, kemudian menjadi wiralaga dan sekarang menjadi kategori tanding. Sedangkan nomor seni meliputi ; kategori tunggal, ganda, dan regu. Dulu dikenal dengan istilah pencaksilat seni, kemudian menjadi wiragana (seni silat tunggal), wirasanggha (seni silat berpasangan, dan wiraloka (seni silat beregu). Akan tetapi sekarang lebih dikenal dengan istilah kategori TGR (Tunggal, Ganda, dan Regu). Salah satu kategori yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini adalah kategori tunggal.
Kategori tunggal merupakan suatu usaha penampilan seorang pesilat memperagakan jurus baku tunggal yang dilakukan secara benar, bertenaga, serta penuh dengan penjiwaan. Jurus baku tunggal terdiri dari 14 (empat belas) jurus yang terdiri dari 7 (tujuh) jurus tangan kosong atau tanpa menggunakan senjata, 3 (tiga) jurus menggunakan senjata golok/parang, dan 4 (empat) jurus terakhir menggunakan toyah/tongkat. Keseluruhan gerakan jurus tunggal baku terdiri dari 100 (seratus) gerakan yang merupakan satu rangkaian gerakan yang tidak terputus.
Melihat banyaknya gerakan jurus baku tunggal yang harus diperagakan dalam waktu yang terbatas yakni antara 2 menit 55 detik sampai dengan 3 menit 5 detik, maka perlu latihan secara berkesinambungan sampai terjadi otomatisasi gerakan, karena tanpa kemampuan fisik yang memadai peragaan teknik jurus tunggal baku akan kurang maksimal. Dengan kata lain bahwa kemampuan fisik yang memadai akan mengakibatkan pelaksanaan teknik gerakan jurus tunggal akan dapat ditampilkan secara sempurna.
Komponen kemampuan fisik tersebut terutama ditekankan pada bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam melakukan jurus tunggal. Adapun komponen kemampuan fisik yang diduga sangat berperan dalam melakukan jurus tunggal adalah daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan.
Peranan daya ledak tungkai terhadap keterampilan melakukan jurus tunggal mutlak sangat penting, dimana jurus tunggal baku terdapat berbagai macam gerakan yang sangat membutuhkan daya ledak tungkai seperti ; gerakan melompat, menendang, memukul, dan pergantian kaki dalam hal perubahan kuda-kuda.
Kecepatan merupakan merupakan salah satu unsur komponen fisik yang menunjang pelaksanaan gerakan jurus tunggal yang terdiri dari 100 (seratus) gerakan dengan waktu yang telah dibatasi, sehingga dalam pelaksanaannya sangat membutuhkan kecepatan khususnya kecepatan bergerak dengan memperhatikan irama gerakan per gerakan, supaya tidak terkesan gerakan yang ditampilkan kelihatan monoton.
Peranan kelincahan terhadap pelaksanaan gerakan jurus tunggal adalah bahwa di dalam jurus tunggal terdapat berbagai macam gerak langkah kaki yang disertai dengan perubahan arah langkah secara tiba-tiba ke kiri, ke kanan, ke depan, dan ke belakang. Keadaan seperti ini sangat membutuhkan kelincahan, agar dalam pelaksanaan gerakan jurus tunggal tidak nampak kaku.
Unsur fisik lain yang juga memegang peranan penting adalah keseimbangan badan, sebab di dalam gerakan jurus tunggal terdapat gerakan-gerakan yang sangat membutuhkan kemampuan keseimbangan yang baik seperti ; melakukan tendangan, berdiri dengan satu kaki, melakukan tendangan dua kaki sekaligus dengan bertumpu pada dua tangan, serta peralihan dari jurus ke jurus lainnya. Oleh sebab itu keseimbangan perlu dimiliki agar pelaksanaan gerakan jurus tunggal yang diperagakan dapat ditampilkan secara tepat, benar, dan mantap.
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan diatas, maka peneliti bermaksud mengkaji secara seksama bahwa kekuatan tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan yang dimiliki seseorang sangat erat hubungannya dengan keterampilan dalam melakukan gerakan jurus tunggal baku pada olahraga pencaksilat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :    (1). Apakah ada hubungan antara daya ledak tungkai dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM ? (2). Apakah ada hubungan antara kecepatan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM ? (3). Apakah ada hubungan antara kelincahan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM ? (4). Apakah ada hubungan antara keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM ? (5). Apakah ada hubungan antara daya ledak tungkai, kelincahan, kecepatan, dan keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM ?


TINJAUAN PUSTAKA

1.Cabang Olahraga Pencaksilat
Definisi pencaksilat yang dikemukakan oleh pengurus besar IPSI bersama BAKIN (1994:15) bahwa : “ Pencaksilat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) terhadap lingkungan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa “.
Berdasarkan uraian tersebut diatas tentang pengertian pencaksilat, maka dapat dikatakan bahwa pencaksilat memang khas dilahirkan di Indonesia sebagai budaya yang berakar dari adat istiadat beberapa daerah dan hal tersebut menggambarkan kepribadian seseorang dalam mempertahankan diri.

2.Kategori Jurus Tunggal Baku Pencaksilat

Dalam pertandingan pencak silat jurus tunggal merupakan salah satu dari beberapa kategori yang sering diperlombakan baik ditingkat nasional maupun internasional, seperti katagori tanding, katagori tunggal, katagori ganda dan katagori regu.
Menurut Johansyah Lubis (2004 : 6) mengatakan bahwa : “Jurus tunggal adalah merupakan salah satu rangkaian jurus dalam pencak silat yang dilakukan secara perorangan atau individu”. Katagori tunggal adalah katagori pertandingan pencak silat yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus baku tunggal secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan dengan tangan kosong atau dengan bersenjata.
Dalam pelaksanaan jurus tunggal, Johansyah Lubis (2004 : 41) menjelaskan bahwa : “Seorang pesilat harus memperagakan sebanyak 14 jurus yang terbagi dalam tiga unsur rangkaian gerakan, yakni pada tangan kosong sebanyak 7 jurus, pada senjata golok sebanyak 3 jurus, dan pada senjata tongkat sebanyak 4 jurus”. Adapun uraian dari setiap jurus adalah sebagai berikut :
a.Rangkaian Gerakan Jurus Tangan Kosong
    Rangkaian gerakan jurus tangan kosong meliputi 7 jurus, namun sebelumnya didahului dengan salam pembuka, seperti yang terlihat pada gambar berikut :
1)Jurus 1
     Jurus satu meliputi tujuh rangkaian gerakan yang tak terpisahkan : a) mundur kaki kiri, sikap pasang selup kanan, b) maju kaki kiri tepuk sisir kedua kaki rapat, maju kaki kanan dobrak, c) tangkapan kanan tarik ke rusuk kanan, d) angkat lutut kiri patahkan dengan dua tangan, e) tendangan loncat kanan lurus/depan, f) taruh kaki kanan di samping kanan, ubah badan ke arah kiri, pukul depan kanan tangan kiri menangkis samping, g) tolak tangan kiri, pasang rendah kaki kiri di depan.
2)Jurus 2
     Jurus dua meliputi enam rangkaian gerakan yang takterpisahkan, a) interval balik arah kiri, sikap pasang kuda belakang, b) maju kaki kanan, tangkapan kanan siku kiri arah samping, kaki slewah, c) tendangan dengan kiri, d) Pancer kaki kiri, pukulan depan kanan, tangan kiri tangkis samping, kaki kiri depan slewah, e) maju kaki kanan, tangkap tangan kanan, sikuan atas kiri, f) putar badan ke samping kiri gedig bawah duduk, lutut kanan di bawah.
3)Jurus 3
     Jurus tiga meliputi lima rangkaian gerakan yang tak terpisahkan; a) interval langkah silang depan kaki kanan, langkah kaki kiri mundur, balik arah sikap pasang angkat kaki kanan, b) pancer kaki kanan, gedig samping kanan, c) maju samping kanan, pukulan samping kanan, d) tendangan sabit kiri arah depan, e) pancer kaki kiri sapuan rebah belakang.
4)Jurus 4
     Jurus empat meliputi tujuh rangkaian gerakan yang tak terpisahkan ; a) interval sikap pasang samping kanan atas, b) tangkis lenggang, langkah lipat, c) pukulan samping kiri, d) siku tangkis kanan selewa, kaki kiri depan, e) tendangan “T" kanan ke depan, f) colok kanan, g) tangkisan galang atas, posisi jari tangan terbuka.
5)Jurus 5
     Jurus lima meliputi enam rangkaian gerakan yang tak terpishakan; a) interval arah samping kiri, sikap pasang serong selewa, b) maju kaki kanan pukulan totok kanan, c) egos kaki kanan pukulan bandul kiri, d) egos kaki kiri, kuda-kuda tengah tangkisan galang, e) kaki rapat pukulan kanan, f) buka kaki kiri kuda-kuda tenah elakan mundur.
6)Jurus 6
     Jurus ena meliputi delapan rangkaian gerakan yang tak terpisahkan; a) interval balik arah kanan ke belakang, b) putar badan ke depan sikap pasang samping, kuda-kuda depan kir, c) balik belah bumi angkat kaki kanan, d) lompaan cengkraman kanan, e) sapuan tegak kanan, f) gelig kanan, g) gejig kanan, g) putar kaki kanan, sikap garuda samping kanan, h) putar badan ke kiri, tangkisan dua tangan arah kiri.
7)Jurus 7
     Jurus tujuh meliputi sepuluh rangkaian gerakan yang tak terpisahkan, yakni ; e) egos kaki kanan ke belakang, sikap pasang menyamping, b) kibas kanan, c) pancer kaki kanan sikuan kanan, d) pukulan punggung tangan kanan, e) putar badan, tendangan “T” belakang kiri, f) lompat ke belakang, ales ke kanan, g) sapuan rebah depan, h) putar bada ke depan, balik gejos, i) sikap duduk, j) tendangan kuda guntingan.
b.Rangkaian gerakan jurus senjata golok
     Rangkaian gerakan jurus senjata golok terdiri dari tiga jurus. Ketiga jurus tersebut adalah sebagai berikut :
1)Jurus 1
     Jurus satu meliputi tujuh rangkaian gerakan yang tak terpisahkan, yakni; a) interval dua langkah bawah maju ke depan (jongkok) untuk mengambil golok, b) pasang mundur langkah silang (3 langkah), c) tebang ke luar ke dalam langkah serong (2 langkah) kaki kiri depan, d) tebang (bacok) keluar berbalik, e) tusuk kanan, f) melangkah berputar balik tebang kuda-kuda tengah, tangan terbuka, g) tebang gantung kaki kanan di angkat.
2)Jurus 2
     Jurus dan meliputi enam rangkaian gerakan yang tak terpisahkan, yakni; a) pancer kaki kanan pasang kuda-kuda tengah, b) pindahkan kaki kanan ke belakang balik pasang belakang, c) maju kaki kanan sabet bawah putar ke atas arah kanan, d) putar badan posisi duduk, e) tangkis kiri ganti pegangan sabet serong, f) tangkis gagang golok kaki kanan diangkat.
3)Jurus 3
     Jurus tiga meliputi dua belas rangkaian gerakan yang tak terpisahkan, yakni ; a) pasang bawah melutut, b) maju kaki kanan bacok samping, arah depan, c) mundur silang kaki kanan tangkis lengang kanan, d) putar badan ke kiri bacok bawah, e) mundur bacok bawah, f) beset leher kanan, g) ganti egangan sabet leher tegak rapat, h) putar badan ke belakang balik belah bumi, i) tangkisan golok dalam, j) balik badan lompat sabet kiri, k) lompat belah bumi kanan, l) mundur kaki kanan pasang bawah.
c.Rangkaian gerakan jurus senjata tongkat
     Rangkaian gerakan jurus senjata olok terdiri dari empat jurus. Keempat jurus tersebut adalah sebagai berikut :
1)Jurus 1
     Jurus satu meliputi tujuh rangkaian gerakan yang tak terpisahkan, yakni ; a) interval : guling depan dengan golok, posisi mengambil tongkat, b) pasang mundur 3 langkah silang ke belakang sikap pasang kuda-kuda tengah, c) maju serong kaki kanan gebuk kanan, d) sangga kaki kanan mundur, e) putar badan ke kanan tusuk balik, f) badan rada ke kiri sabetan kaki bawah arah balik kiri, g) putar dipunggung lompat putar kemplang lantai.
2)Jurus 2
     Jurus dua meliputi lima rangkaian gerakan yang tak terpisahkan, yakni a) pasang tegak kiri depan, b) lompat depan gebuk kanan, c) kowet kanan, d) maju kaki kanan sodok tusuk, e) dayung mundur.
3)Jurus 3
     Jurus tiga meliputi lima rangkaian gerakan yang tak terpisahkan, yakni ; a) pasang samping kiri, tongkat samping belakang kanan, b) maju kaki kanan tongkat putar-putar congkel, c) maju kaki kiri kemplang samping kiri, d) kemplang kower kanan, e) egos kaki kiri elak garis.
4)Jurus 4
     Jurus empat meliputi sembilan rangkaian gerakan yang tak terpisahkan, yakni; a) pasang kuda-kuda depan kanan, b) berputar gebuk kanan, c) kower egos, d) lompat balik badan ke kanan tangkis sangga, e) tendangan “T” ke samping kanan, f) balik kemplang, g) putar balik bawah, h) tangkis sisi kiri, i) kower posisi sempok.
    Mencermati pelaksanaan rangkaian gerakan jurus tunggal yang meliputi gerakan jurus tangan kosong, gerakan jurus menggunakan senjata golok dan gerakan jurus menggunakan senjata tongkat dengan lokasi waktu yang diberikan selama 3 menit, maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat melakukan jurus tunggal dengan sempurna, mantap, dan tepat, harus ditunjang dengan kepemilikan komponen fisik yang relevan. Komponen fisik yang diharapkan dapat menunjang gerakan jurus tunggal tersebut antara lain kelincahan, kecepatan dan keseimbangan.

3.Daya Ledak tungkai
Salah satu komponen yang harus dimiliki oleh seorang pesilat adalah kekuatan, kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik disamping itu memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cedera dan dapat membantu stabilitas sendi-sendi.
Menurut Harsono (1988:40) mengemukakan bahwa : “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan suatu tahanan”. Selanjutnya Moch. Sajoto (1988:58) memberikan definisi sebagai berikut : “Kekuatan adalah kemampuan kondisi fisik yang menyangkut kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot-otot yang menerima beban dalam waktu tertentu”.
Annarino (1986:1) mengemukakan bahwa : “Strength is the maximum amount of force exerled by muscle group”. Jika diterjemahkan secara bebas, kekuatan adalah jumlah maksimum dari penggunaan force oleh otot atau sekelompok otot. Sedangkan menurut Fox (1984:158) mengemukakan bahwa: “Strength as the force or tension a muscular”. Artinya kekuatan adalah sebagai tegangan suatu otot, yaitu kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
Berdasarkan teori di atas, dapat dikemukakan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan untuk pengembangan tenaga maksimum dalam kontraksi yang maksimal untuk mengatasi tahanan atau beban. Kekuatan sangat penting dalam menunjang aktivitas-aktivitas olahraga seperti kategori tunggal pada cabang olahraga pencaksilat. Pengukuran daya ledak tungkai menggunakan alat tes vertical jump.

4.Kecepatan
Penggunaan istilah kecepatan lazimnya dipergunakan untuk menyatakan tentang kemampuan perpindahan sebuah benda. Mochamad Sajoto (1988:58) mendefinisikan kecepatan sebagai berikut : “Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Sedangkan Harsono (1988:24) mendefinisikan tentang kecepatan bahwa : Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut didalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
    Menurut Nossek (1982:61-65), mengemukakan bahwa : “Kualitas atau mutu kecepatan dapat dibedakan atas : reaction speed, speed of movement, sprinting speed”. Dari ketiga macam kecepatan tersebut satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Kecepatan sprint banyak ditentukan oleh kekuatan otot dan persendian, sedangkan kecepatan reaksi ditentukan oleh reabilitas susunan syaraf, daya orientasi, ketajaman panca indera dan kecepatan bergerak ditentukan oleh kekuatan otot, daya ledak, daya koordinasi gerakan, kelincahan dan keseimbangan. Secara teori ketiga macam kecepatan akan dijelaskan secara rinci : a. Reaction speed yaitu suatu kemampuan reaksi dalam waktu yang sangat singkat setelah menerima rangsangan. Hampir pada semua cabang olahraga membutuhkan reaction speed, b. Speef of movement yaitu kemampuan kecepatan kontraksi otot terhadap suatu gerakan yang tidak terputus, misalnya kecepatan gerakan memukul dan mendang, c. Sprinting speed yaitu kemampuan gerak maju ke depan dalam waktu yang sangat singkat. Terwujudnya sprinting speed memungkinkan untuk menggandakan frekuensi pergantian kaki yang sebanyak mungkin dengan menghasilkan jarak yang sejauh mungkin.
     Bompa (1983 : 249) mengemukakan enam factor yang mempengaruhi kecepatan yaitu :1) Heredity (keturunan), 2) Reaction time (waktu reaksi), 3) Ability to overcome external recistance (kemampuan untuk mengatasi ketahanan eksternal), 4) Techniques (tekni), 5) Contarction and willpower (konsentrasi dan semangat), dan 6) Muscle elasticity (elastistas otot).
     Menurut Nossek yang dikutip dari Armansyah Harahap (1991:16) mengatakan bahwa : “Kecepatan adalah suatu kualitas bersyarat yang memungkinkan seorang atlet untuk bereaksi dengan cepat untuk melakukan gerakan secepat mungkin”.
    Tentang pentingnya kecepatan terhadap cabang-cabang olahraga dikemukakan oleh Harsono (1991 : 16) bahwa : “Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula memperbaiki akselerasi kepada obyek-obyek eksternal”. Sedangkan menurut Abdul Kadir Ateng (1992:141) mengatakan bahwa : “Kecepatan adalah kemampuan individu untuk melakukan gerakan yang sama berulang-ulang dalam waktu yang singkat atau banyaknya gerakan per unit waktu”.
    Mencermati pendapat diatas, dapat diartikan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Pengertian tersebut diatas berlaku pada cabang-cabang olahraga yang menuntut gerakan yang secepat mungkin. Kecepatan dipengaruhi oleh waktu reaksi, yaitu mulai dari aba-aba sampai gerak pertama dilakukan. Waktu gerak yaitu waktu yang dipakai untuk menempuh jarak, sedangkan waktu reaksi tergantung pada proses rangsang syaraf pendengaran dan syaraf perintah. Kemampuan gerak pada umumnya dapat diukur melalui berbagai cara antara lain dengan lari cepat. Untuk mengukur kecepatan dalam penelitian ini adalah waktu yang digunakan dalam lari sepanjang 30 meter.

5.Kelincahan

Kelincahan menggambarkan tentang kemampuan merubah arah dan posisi tubuh selama atau sambil bergerak. Mc. Cloy, Young dan Wilmore yang dikutip Harsono (1988:171) mengemukakan bahwa : “Agilitas adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran akan posisi tubuhnya”. Untuk lebih jelasnya dikemukakan batasan dari James A. Balley (1982:142) yang mengatakan bahwa : “Agility is generally defined as the ability to change direction quickly and effectively while moving as possible at fullspeed”. Terjemahan bebasnya adalah kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengubah arah secara cepat dan efektif sambil bergerak hampir dalam kecepatan penuh.
Defenisi lain dikemukakan Sharley (1980 : 62) yang mengatakan bahwa : “Kelincahan merupakan hal yang sangat penting dalam olahraga, karena berhubungan langsung dengan keterampilan”. Sedangkan menurut Hariadi Said (1990 : 4) yang mengutip pendapat Jansen mengatakan” …. Kelincahan merupakan bagian yang sangat penting dalam semua kegiatan yang meliputi mengubah arah tubuh dan bagian-bagiannya secara cepat”. Dari beberapa pendapat di atas nampak bahwa, kelincahan mutlak dibutuhkan oleh atlet untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran akan posisi tubuhnya.
    Perlu diketahui bahwa kelincahan itu terbagi atas dua macam, sebagai mana yang dikemukakan oleh Ilyas Haddade (1983 : 29-30) sebagai berikut : (a). Agility umum (General agility) berarti kelincahan seseorang untuk menghadapi situasi hidup sesuai dengan lingkungannya. Untuk jelasnya agility itu berguna bagi atlet untuk menjalankan olahraga apa saja dan problem hidup sesuai dengan lingkungannya, (b). Agility khusus (special agility) adalah kelincahan seseorang untuk menjalankan olahraga khusus (volley ball, senam, sepak bola) berbeda tuntutan special agilitynya.
Pada hakekatnya, semua orang memiliki kelincahan tetapi untuk menguasai permainan tiap cabang olahraga, termasuk pada cabang olahraga pencaksilat kategori jurus tunggal kelincahan dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan keterampilan teknik yang relevan. Unsur kelincahan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah kelincahan lari hilir mudik (shuttle run) 4 x 5 meter.

6.Keseimbangan

Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan sistem tubuh baik dalam posisi statis maupun dalam posisi bergerak dinamis. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mochamad Sajoto (1988:58) bahwa : Keseimbangan atau balance adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan gerakan-gerakan yang cepat dengan perubahan titik berat badan yang cepat pula baik dalam keadaan statis maupun dalam keadaan gerak dinamis.
    Lebih lanjut Harsono (1988:223) mengemukakan bahwa keseimbangan atau balance adalah “Kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromuscular dalam suatu posisi yang efesien selagi kita bergerak”. Menurut Mohamad Sajoto (1988:54), keseimbangan terbagi dua jenis yaitu : (1) Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan dalam posisi tetap. (2) Keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan pada waktu melakukan gerakan dari satu posisi keposisi yang lain.
Lazimnya pada cabang olahraga, banyak yang mengharuskan olahragawan (atlet) memacu kecepatan dalam waktu singkat dari posisi diam. Apa bila hal ini diperlukan, olahragawan sedapat mungkin menempatkan posisi tubuhnya dalam posisi bergerak sehingga tidak mudah kehilangan keseimbangan. Keseimbangan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah tes keseimbangan dinamis.
Barrow yang dikutip oleh M. Kasmad Yahya (1994 : 36) mendefinisikan keseimbangan atau balance diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahasnkan system neuromuscular tubuh dalam kondisi fisik statis, atau mengontrol system neuromuscular dalam suatu posisi atau sikap yang efisien sementara bergerak.
    Kajian keseimbangan dalam posisi badan  pada saat bergerak oleh Mochamad Sajoto (1985 : 55) diartikan : “Sebagai kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi”. Mempertahankan posisi badan dalam berbagai situasi memerlukan kemampuan tersendiri seorang atlet. Rahantoknam (1988 : 126) mengemukakan tentang situasi dan kondisi keseimbangan statis (static balance) adalah keseimbangan mengacu pada kecakapan mempertahankan posisi badan dalam posisi diam. Keseimbangan dinamis (dynamic balance) adalah keseimbangan yang mengacu pada posisi badan bergerak. Keseimbangan rotasi (rotation balance) adaah keseimbangan yang mengacu kepada kecakapan untuk mempertahankan keseimbangan badan pada suatu sumbu dan berhubungan dengan kecepatan untuk memperoleh kembali stimulasi yang diproduksikan oleh apparatus vertibular dalam gerakan memutar.
    Dalam keseimbangan ada beberapa jenjang yang menunjukan adanya tingkatan berdasarkan kesulitan yang dapat dilihat dari tingkat yang paling dasar ketingkat otomatisas. Pengaplikasiannya Rotella dkk, yang diterjemahkan oleh Kasiyo Dwijowinoto (1993 : 188-189) membagi tingkatan sebagai berikut : stabilitas, keseimbangan, dan equilibrium (1) stabilitas, dari esensi aplikasinya dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan untuk menahan seluruh gaya yang mempengaruhi susunan tubuh manusia agar tetap seimbang, (2) keseimbangan, merupakan tingkatan kedua dari keseimbangan tubuh dalam beraktivitas atau berfungsi dimana titik berat badan berada pada titik yang tengah, (3) equilibrium, merupakan tingkatan ketiga yakni kedudukan tubuh sering kali dianggap statis dan dinamis secara bergantian tergantung apakah seseorang berada di dalam keadaan diam atau sedang bergerak. Kesimpulannya bahwa equilibrium ini lebih condong pada posisi badan pada saat badan bergerak dinamis dan pada saat tiba-tiba mengubah arah-arah gerakan dengan tidak menghilangkan status keseimbangan.
     Dari berbaga pengertian di atas tentang keseimbangan, maka dapat dikatakan bahwa keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot untuk menahan beban atau tahanan yang dilakukan di dalam beraktivitas baik secara statis maupun dinamis. Pada gerakan jurus tunggal, keseimbangan dinamis sangat dibutuhkan dalam kesempurnaan gerakan, seperti untuk dapat melakukan gerakan memukul, menendang dan menangkis, terutama pada saat peralihan dari jurus yang satu ke jurus yang lain, baik pada jurus tangan kosong, jurus senjata golok, maupun jurus senjata tongkat dibutuhkan keseimbangan badan terutama keseimbangan dinamis.
Sehubungan dengan tujuan penelitian, maka Sutrisno Hadi (1986:220) mengemukakan bahwa penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan: menemukan berarti berusaha mendapatkan sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan. Mengembangkan berarti memperluas, menggali lebih dalam apa yang sudah ada atau menjadi diragukan kebenarannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang : (1) Hubungan antara daya ledak tungkai dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. (2) Hubungan antara kecepatan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam  cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. (3) Hubungan antara kelincahan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. (4) Hubungan antara keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. (5) Hubungan secara bersama-sama antara daya ledak tungkai, kelincahan, kecepatan, dan keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM.
Manfaat penelitian merupakan hasil yang dapat dicapai atau dipetik dari permasalahan yang diteliti. Maka diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Khususnya dalam bidang olahraga, diharapkan pula memberikan sumbangan kepada para pelatih atau Pembina olahraga serta atlit dan mahasiswa dalam memperoleh konsep ilmiah untuk pembinaan dan prestasi olahraga khususnya pada cabang olahraga pencaksilat pada kategori tunggal, dan tidak menutup kemungkinan bagi yang berminat dari hasil penelitian ini menjadi tambahan informasi guna penelitian selanjutnya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah non eksperimen lazim dikelompokkan sebagai jenis penelitian deskriptif yang berbentuk analisis korelasional. Variabel penelitian merupakan sifat yang akan diteliti dari sampel yang telah disiapkan. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a). Adapun variabel bebas atau variabel pengaruh pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kekuatan tungkai, (2) Kecepatan, (3) Kelincahan, dan (4) Keseimbangan. Sedangkan (b).    Adapun variabel bebas atau variabel terpengaruh pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Keterampilan melakukan jurus tunggal baku dalam pencaksilat.
Populasi adalah keseluruhan individu yang dijadikan obyek penelitian. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM yang memprogramkan mata kuliah TP. Pencak Silat yang terdiri dari beberapa kelas paralel, yang diketahui kesemuanya telah dibekali dan diajarkan jurus-jurus tunggal baku pencaksilat. Hal ini identik dengan Setya Yuwana Sadikun (1984:221) mengemukakan bahwa, “populasi adalah seluruh individu (subyek yang diteliti) merupakan daerah yang hendak digeneralisasi.
Pengertian tentang sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari pupolasi, dan menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian. Batasan tentang sampel ini dilandasi oleh pandangan Sutrisno Hadi (1986:221) di mana diungkapkan dalam bukunya tentang sampel sebagai “jumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi”.
Berdasarkan atas pertimbangan dari konsep tersebut maka sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 orang putra . Cara pengambilan sampel dengan menentukan atau memilih sampel yang telah menghapal jurus tunggal baku pencaksilat dengan baik, agar pada pelaksanaan penilaian tidak mengalami hambatan.
     Sebagai salah satu prosedur penelitian ini untuk menentukan bagaimana memperoleh data mengenai variabel yang diteliti, maka dipergunakan suatu instrumen penelitian dimana instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu bentuk tes kemampuan dan tes keterampilan gerak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam hal ini akan dikemukakan penyajian hasil analisis data dan pembahasan. Penyajian hasil analisis data meliputi analisis statistik deskriptif dan inferensial. Kemudian dilakukan pembahasan hasil analisis dan kaitannya dengan teori yang mendasari penelitian ini untuk memberi interepretasi dari hasil analisis data.
    Dalam hasil data daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, dan keterampilan melakukan jurus tunggal dalam pencaksilat akan dianalisis dengan teknik statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum data penelitian setiap variabel. Sedangkan statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Namun sebelum dilakukan analisis untuk menguji hipotesis dilakukan dilakukan pengujian persyaratan analisis dengan uji normalitas data.

1.Analisis deskriptif
     Analisis data deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum data penelitian. Analisis deskriptif dilakukan terhadap daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, dan keterampilan melakukan jurus tunggal dalam pencaksilat. Analisis deskriptif meliputi; total nilai, rata-rata, standar deviasi, varians, maksimal dan minimum. Dari nilai-nilai statistik ini diharapkan dapat memberi gambaran umum tentang keadaan data daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, dan keterampilan melakukan jurus tunggal dalam pencaksilat.
    Data daya ledak tungkai diukur dengan menggunakan tes vertical Jump dengan skala meteran, kecepatan diukur dengan tes kecepatan lari sepanjang 20 meter, kelincahan diukur dengan menggunakan tes Shuttle Run 4 x 5 meter, keseimbangan diukur dengan tes keseimbangan dinamis dan keterampilan melakukan jurus tunggal dalam pencaksilat dengan tes keterampilan melakukan jurus tunggal dalam pencaksilat. Keseluruhan variabel tersebut di atas mengacu pada tes pengukuran yang telah baku. Hasil analisis deskriptif setiap variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Variabel    N    Range    Min       Max      Total         Rataan           SD
DLT        40    24.00     49.00    73.00    2442.00    61.0500        7.44536
KCP        40    0.98      4.10      5.08      182.18      4.5545          0.27444
KLC        40    3.28      9.03      12.31    422.38      10.5595        0.88026
KSB        40    19.00    76.00    95.00    3451.00    86.2750         6.05525
KJT        40    24.00     130.00  154.00  5591.00    139.7750       5.06616

Keterangan :
DLT    : Daya Ledak tungkai        KSB    : Keseimbangan
KCP    : Kecepatan                      KJT    : Keterampilan jurus tunggal
KLC    : Kelincahan
    Hasil analisis data deskriptif tersebut di atas baru merupakan gambaran umum daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. Data tersebut di atas belum menggambarkan bagaimana keterkaitan atau saling hubungan antara variabel penelitian tersebut. Untuk membuktikan apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas yaitu  daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan dengan variabel terikat yaitu keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM, maka diperlukan pengujian lebih lanjut yaitu dengan uji korelasi.

2.Pengujian normalitas data
     Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar statistik parametrik dapat digunakan dalam penelitian adalah data harus mengikuti sebaran normal. Untuk mengetahui sebaran data daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan,  keseimbangan, dan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM, maka dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan data dapat dilihat pada tabel 2.

Variabel    N    Absolute    Positive    Negative    K-S Z    As.Sig.    Ket.
KTT        40    0.142        0.142        -0.125        0.897    0.397    Normal
KCP        40    0.148        0.148        -0.062        0.938    0.342    Normal
KLC        40    0.111        0.111        -0.105        0.702    0.708    Normal
KSB        40    0.149        0.110        -0.149        0.940    0.340    Normal
KLT        40    0.112        0.112        -0.095        0.708    0.698    Normal
   
3.Analisis Korelasi
    Pengujian korelasi dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini dan untuk kepentingan pengujian hipotesis. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menyangkut korelasi tunggal masing-masing variabel. Di samping itu juga dilakukan uji korelasi ganda untuk melihat hubungan secara bersama-sama keempat variabel bebas yang diamati.
    Untuk mengetahui keeratan hubungan, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu pengujian normalitas data untuk menentukan jenis analisis statistik yang akan digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Jika ternyata semua data variabel berdistribusi normal, maka analisis yang akan digunakan adalah statistik parametrik. Akan tetapi jika ternyata tidak semua data penelitian mengikuti sebaran normal, maka akan digunakan statistik nonparametrik.
    Berdasarkan hasil pengujian normalitas data, diperoleh hasil bahwa semua data berdistribusi normal sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan statistik parametrik yaitu korelasi Product-Moment dari Pearson.

a.Korelasi antara daya ledak tungkai dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat

     Untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya ledak tungkai dengan keterampilan jurus tunggal dalam pencaksilat dilakukan analisis korelasi Pearson. Rangkuman hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 3.

Variabel    ?    P    Keterangan
DLT (X1)
KJT (Y)        0.660    0.000    Signifikan
   
Berdasarkan tabel 3 di atas dilihat bahwa dari hasil perhitungan korelasi Pearson, diperoleh nilaikorelasi hitung (r) = 0.660 (P < 0.05), berarti H0 ditolak dan H1 diterima pada taraf kepercayaan 5%.

b.Korelasi kecepatan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat

    Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kecepatan dengan keterampilan jurus tunggal dalam pencaksilat dilakukan analisis korelasi Product-Moment dari Pearson. Rangkuman hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 4.

Variabel    ?    P    Keterangan
KCP (X2)

KJT (Y)        -0.793    0.000    Signifikan
   
Berdasarkan tabel 4 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi Pearson, diperoleh nilai korelasi hitung (r) =  -0.793 (P < 0.05), berarti H0 ditolak dan H1 diterima pada taraf kepercayaan 5%.

c.Korelasi kelincahan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kelincahan dengan keterampilan jurus tunggal dalam pencaksilat dilakukan analisis korelasi Product-Moment dari Pearson. Rangkuman hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 5.

Variabel    ?    P    Keterangan
KLC (X3)

KJB (Y)        -0.699    0.000    Signifikan
   
Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi Pearson, diperoleh nilai korelasi hitung (r) =  -0.699 (P < 0.05), berarti H0 ditolak dan H1 diterima pada taraf kepercayaan 5%.

d.Korelasi keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara keseimbangan dengan keterampilan jurus tunggal dalam pencaksilat dilakukan analisis korelasi Product-Moment dari Pearson. Rangkuman hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 6.

Variabel    ?    P    Keterangan
KSB (X4)

KJB (Y)        0.636    0.000    Signifikan
   
Berdasarkan tabel 6 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi Pearson, diperoleh nilai korelasi hitung (r) =  0.636 (P < 0.05), berarti H0 ditolak dan H1 diterima pada taraf kepercayaan 5%.

e.Korelasi ganda antara daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat
    
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan secara bersama-sama dengan keterampilan jurus tunggal dalam pencaksilat, maka dilakukan analisis korelasi ganda. Rangkuman hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 7.

Variabel    Ro    P    Keterangan
DLT (X1),
KCP (X2),
KLC (X3),
KSB (X4)

KJB (Y)        0.888    0.000    Signifikan
   
Berdasarkan tabel 7 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi ganda, diperoleh nilai korelasi ganda hitung (Ro) = 0.888 (P < 0.05), berarti H0 ditolak dan H1 diterima pada taraf kepercayaan 5%.

A.Pembahasan hasil analisis
     Hasil analisis data melalui teknik statistik diperlukan pembahasan teoritis berdasarkan teori-teori dan kerangka berpikir yang mendasari penelitian ini.
1.Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara daya ledak tungkai dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada. Apabila keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat dianalisis dari gerakan-gerakan jurus yang dilakukan pada dasarnya unsur daya ledak tungkai berperan sangat penting dalam menghasilkan gerakan menendang dan melompat dalam setiap gerakan jurus, dimana dengan daya ledak tungkai yang dimiliki akan membantu untuk melakukan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat dengan baik dan sempurnah.
2.Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecepatan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada. Gerakan-gerakan jurus yang terdapat pada peragaan gerakan jurus tunggal sangat membutuhkan unsur kecepatan, baik kecepatan bergerak maupun kecepatan dalam melakukan serangan dan hindaran. Sehingga dengan sendirinya bahwa dengan kecepatan yang dimiliki maka kesempurnaan dan ketepatan gerakan akan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
3.Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kelincahan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. Ini berarti bahwa setiap peningkatan kelincahan akan diikuti pula dengan peningkatan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat. Hal ini dapat terjadi karena pada saat melakukan suatu gerakan yang membutuhkan perubahan posisi hadap, posisi kuda-kuda, dan posisi badan yang terdapat dalam beberapa rangkaian gerakan yang terdapat dalam jurus tunggal tentunya sangat membutuhkan unsur kelincahan dalam mewujudkan suatu gerakan yang luwes dan indah.
4.Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus  tunggal dalam cabang olahraga pencaksilat mahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada. Keseimbangan sangat dibutuhkan dalam beberapa gerakan-gerakan yang terdapat pada gerakan jurus baku seperti; berdiri dengan satu kaki, melakukan serangan kaki dengan tumpuan tangan, serta beberapa gerakan-gerakan yang sifatnya berputar atau berpindah posisi pijakan kaki. Sehingga apabila keseimbangan tidak dimiliki maka gerakan-gerakan jurus baku yang ditampilkan akan mengalami hambatan atau kelihatan goyah, hal ini akan sangat mempengaruhi penilaian.
5.Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan secara bersama-sama dengan keterampilan jurus tunggal dalam pencaksilatmahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM. Ini menunjukkan bahwa daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan meningkat secara simultan, maka akan diikuti pula dengan peningkatan keterampilan jurus tunggal. Dengan demikian maka daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan merupakan perpaduan antara empat komponen kemampuan fisik yang perlu mendapat perhatian di dalam pemanduan bakat seorangmahasiswa PGSD Dikjas FIK UNM yang mendalami nomor tunggal ganda regu pada kategori tunggal.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan
Setelah menganalisis data penelitian dan membahas hasil penelitian tentang hubungan antara daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan dengan keterampilan jurus tunggal pada olahraga pencak silat, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1). Terdapat hubungan yang signifikan antara daya ledak tungkai dengan keterampilan melakukan jurus tunggal pada olahraga pencak silat. (2). Terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan dengan keterampilan melakukan jurus tunggal pada olahraga pencak silat. (3). Terdapat hubungan yang signifikan antara kelincahan dengan keterampilan melakukan jurus tunggal pada olahraga pencak silat. (4). Terdapat hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan keterampilan melakukan jurus tunggal pada olahraga pencak silat. (5). Terdapat hubungan yang signifikan antara daya ledak tungkai, kecepatan, kelincahan dan keseimbangan secara bersama-sama dengan keterampilan melakukan jurus tunggal pada olahraga pencak silat.

A.Saran-sara
     Sesuai dengan kesimpulan penelitian, maka diajukan saran-saran sebagai berikut :
1.Bagi para pelatih/Pembina cabang olahraga pencak silat, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan latihan guna meningkatkan dan menyempurnakan jurus tunggal, terutama unsur daya ledak tungkai, kelincahan, kecepatan dan keseimbangan. Disamping itu keempat unsur fisik tersebut dapat dijadikan alat ukur dalam pemilihan atlet pencak silat.
2.Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa-mahasiswa lain untuk diteruskan dalam penelitian yang bersifat eksperimental dengan sampel yang berbeda jenis kelaminnya.
3.Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan diskusi dan seminar keolahragaan guna memperkaya perkembangan ilmu pengetahuan khususnya cabang olahraga pencak silat.

DAFTAR PUSTAKA


Ateng, Abd.Kadir., 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud, Ditjen Dikti.

Ballay, James. A., 1982. The Athletics Guide Increasing Strength, Power and Agility. New York : Parker Publishing Company.

Bompa, Tudor. O., 1983. Theory and Methodology of Training. Dubuque : Kendall/Hunt Publishing Company.

Dwijowinoto, Kasiyo., 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta PT. Gramedia.

Hadi, Sutrisno., 1986. Statistik Jilid 3. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset.

Harsono, 1988. Coaching and Aspel-Aspel Psikologis dalam Coaching. Jakarta : Depdikbud, Ditjen Dikti.

Johnson, Barry. L, Nelson,  Jack. K., 1986. Practical Measurement for Evaluation in Physical Education. Minneapolis : Burgess Publishing Company.

Kerlinger, Fred. N., 1995. Asas-Asas Penelitian Behavioral Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Lubis, Johansyah., 2004. Pencak Silat, Panduan Praktis. Jakarta PT.Rajagrafindo Persada.

Nossek, J., 1982. General Theory of Training. Pan African : Press Ltd Lagos.

Rahantoknam, Edward B., 1988. Belajar Motorik : Teori dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: P2LPTK, Depdikbud Ditjen Dikti.

Said, Haryadi., 1990. Pengaruh Latihan Rompi Berbeban Ringan dengan Intensitas Tinggi dan Latihan Berbeban Berat degan Intensitas Rendah Terhadap Kelincahan. Makassar : Thesis S2, Unair Surabaya.

Sajoto, M., 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Depdikbud Ditjen Dikti.

Sharley, B.J., 1980. Psychology of Fitness. Human Performance Laboratory University of Montana.

Sudjana., 1992. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Wilmore, Jack H., 1997. Athletics Training and Physical Fitness. Boston, London, Sidney : Allyn and Bacon Inc.

Yahya, Kasmad., 1994. Struktur dan Rambu-Rambu Penulisan Thesis. Makassar : Makassar Seminar Ilmiah FPOK-IKIP.

--------, 1994. Latihan Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat. Jakarta : Bakin, PB. IPSI.







2 komentar: